Metha Theory George Ritzer
Meta Theory
Meta theory bermakna proses akumulasi
(penyatuan) teori yang bersandar pada proses analisis refleksi (aplikasi)
terhadap teori-teori yang berkembang dalam sosiologi. Sebetulnya dalam ilmu
antropologi dibahas adanya proses evolusi dalam masyarakat:
1. Akulturasi
2. Asimilasi
3. Inovasi
4. Discovery
Hal tersebut sebetulnya sama halnya dengan meta
theory (atau disebut pula ‘metasosiologi’) dalam sosiologi. Dalam meta theory
terdapat tujuan:
1 1. Alat untuk memperoleh pemahaman tentang teori;
Fungsi ini menggunakan akal sebagai
instrument dasarnya, karena proses pemahaman tentunya menggunakan akal. Selain
itu, ilmu pengetahun yang sistematis juga digunakan sebagai dasar dimana hal
tersebut penting karena paradigma ilmu pengetahuan Kuhn juga sistematis. Akal
juga diperlukan dalam pembentukan sikap pemaknaan sehingga teori yang ada harus sesuai dengan proses penerapannya agar tidak
terjadi mal-teori (penyalahgunaan teori). Misalnya, Albert Einstein
menemukan atom untuk perdamaian, tapi malah disalahgunakan oleh Sekutu untuk
mengebom Nagasaki dan Hirosima di Jepang sehingga meluluhlantahkkan semuanya.
Oleh karena itu, pemahaman teori dalam sosiologi sangat penting sehingga kita
bisa menerapkan teori yang ada sesuai dgn fakta social yang ada dan sesuai
porsi dan tempatnya. Teori konflik maka sebaiknya terapkanlah dalam proses
analisis masyarakat konflik, jangan campurkan dengan teori lainnya. Seperti,
teori Marx yang saat itu kondisi masyarakat sedang berkonflik di Eropa. CW.
Mills mengungkapkan teori konflik structural karena pada saat itu di USA
terjadi konflik elit dan non elit.
2 2. Mengkaji perkembangan teori;
Pada dasarnya karena objek kajian
sosiologi adalah masyarakat yang hidup tdk diam melainkan dinamis maka teori
yang diperlukan dalam mengkaji masyarakat pun haruslah dinamis dan menyesuaikan
dengan kondisi masyarakat sehingga lahirlah Teori Sosiologi Klasik 1, 2 dan TSM
1, 2. Oleh karena itu perubahan social masyarakat menjadi salah satu kajian
sosiologi yang akan menghasilkan teori-teori baru sesuai dengan konsep ilmu
pengetahuan. Discovery (penemuan baru) adalah salah satu contoh dalam ilmu
antropologi, penemuan akan pembakaran tanah liat yg bisa digunakan untuk
membuat genting dan kreasi hiasan salah satunya. Atau penemuan dan inovasi pada
sumber makanan singkong yang tidak hanya diolah menjadi nasi singkong saja
melainkan juga bisa diolah menjadi kripik, ataupun olahan lainnya.
Begitupun dlm sosiologi teori
konflik Marx dipandang tidak relevan lagi di zaman sekarang, karena konflik
dalam industry tidak hanya melibatkan dua kelompok ploletariat (buruh) dan
borjuis (pemilik modal) saja, melainkan ada pihak (kelompok kepentingan)
seperti manajer dan penguasa.
3 3. Mempelajari pada basis persepktif/menciptakan sudut pandang lain;
Dalam konsep Ritzer ada paradigma
terpadu yang berdasar pada tiga paradigma sebelumnya. Sudut pandang baru
dianggap penting dlm teori sosiologi agar bisa merumuskan fenomena masyarakat
secara multi-pandang. Ini yang menjadi ciri bagai mahasiswa sosiologi dimana
harus mempunyai sikap sociological
imagination (CW Mills) yang
memandang suatu persoalan secara mendalam dan dihubungkan dgn teori yang ada.
Misalnya, ketika memahami kemiskinan kita tidak hanya akan berasumsi bahwa itu
disebabakan oleh pengangguran atau kemalasan bekerja melainkan kita juga harus
berpikir bahwa ada factor besar lain yang melatarbelakanginya seperti kebijakan
ekonomi, kebijakan politik, dll. Begitupun dalam memandang korupsi kita tdk
bisa hanya menyalahkan factor rakus si pelaku melainkan kita juga harus berpikir
tentang system yang ada dlm birokrasi.
0 komentar