Tauhid, sains, Dan Teknologi
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah
Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu: Drs. H. Ade Hidayat, M.Ag.
Disusun Oleh:
Kelompok 6, Sosiologi D:
1. Oemar Seno Adji (1168030158)
2. Paelani Setia (1168030160)
3. Panji Taufiq (1168030162)
4. Raesita Melati Dewi (1168030165)
5. Reska Nurmalasari (1168030167)
6. Revina Pungkasari (1168030168)
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., berkat rahmat dan karunia-Nya
kita semua masih diberikan nikmat yang patut kita syukuri bersama. Shalawat dan
salam senantiasa kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad Saw., kepada keluarganya
dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Alhamdulillaah kami sebagai
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tauhid, Sains dan Teknologi”.
Berkat kerja keras dan kesabaran kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik meskipun kami juga menyadari masih ada kekurangan di dalamnya.
Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Drs. H. Ade Hidayat, M.Ag., selaku
dosen mata kuliah Ilmu Tauhid yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini
kepada kami dan membantu kami sebagai penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak
tang telah membantu menyelesaikan makalah
ini dan bekerja sama menyelesaikan makalah ini.
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Ilmu Tauhid, menambah wawasan bagi para pembaca, dan gambaran tentang pentingnya
korelasi antara ketauhidan dengan sains dan teknologi secara rinci dan mudah
dipahami. Kemudian, kami berharap para pembaca bisa mengambil pelajaran dan
mempraktikkannya pemahamannya dari makalah ini.
Semoga
makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi bahan evaluasi dan tolak ukur dalam
makalah-makalah lainnya khususnya bagi mata kuliah Ilmu Tauhid di masa yang
akan datang. Kami meminta kritik dan sarannya, dan sebaik-baiknya kritik adalah
kritik yang membangun. Terima kasih.
Penulis,
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat
ini adalah zamannya Islam kalah dari peradaban, yang saat ini dikuasai oleh
peradaban liberalisme dan kapitalisme. Saat ini perang peradaban yang terjadi
tidak hanya perang fisik saja, akan tetapi perang informasi dan pengetahuanlah
yang ikut berkembang disini. Penguasaan dunia saat ini tidak lagi memerlukan
pengerahan prajurit perang besar-besaran. Perang yang terjadi adalah perang
teknologi dan informasi. Umat yang menguasai media informasi maka dia akan
dapat menguasai dunia. Pemutar balikan fakta informasi sering terjadi dalam
medianya tergantung dari keberfihakan media tersebut. Media informasi dan
kecanggihan teknologi dapat mengangkat manusia dalam kemajuan peradaban atau
menghancurkan peradaban ini sendiri tergantung pemakainya. Penguasaan informasi
dan teknologi saat ini bukan dikuasai oleh umat Islam, sehingga saat ini
terlihat bahwa umat Islam tertinggal peradabannya. Teknologi informasi
merupakan suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan dan memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi
yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi,
bisnis, dan pemerintahan juga merupakan informasi yang strategis dalam
pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk
mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan
komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi
digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Dalam
disiplin keilmuan tradisional Islam, tauhid berada dalam posisi sejajar dengan
fiqih, tasawuf dan falsafah. Tauhid bersama fikih, tasawuf dan falsafah berkembang
menjadi empat pilar keilmuan yang diakui sebagai aspek tak terpisahkan dari
keberadaan Islam sebagai sistem ajaran.
Kehadiran
secara bersama empat pilar keilmuan tersebut memungkinkan terbentuknya tatanan
kehidupan yang menjujung tinggi etika. Jika ahlaq al-karimah merupakan
“mahkota” dalam humanisme Islam, maka tauhid, fikih, tasawuf dan falsafah
merupakan pilar penyanggah terwujudkan ahlaq al-karimah. Namun
telaah secara saksama membawa kita pada kesimpulan, bahwa tauhid justru yang
berperan besar sebagai landasan pijak perkembangan berbagai disiplin keilmuan
tradisional Islam. Bahkan, tauhid merupakan faktor penentu perkembangan sains
di dunia Islam selama sekitar abad ke-7 hingga abad ke-13.
Islam
memandang pengetahuan sebagai cara yang paling utama bagi penyelamatan jiwa dan
pencapaian kebahagiaan serta kesejahteraan manusia dalam kehidupan kini dan
nanti. Dalam pengertian yang sederhana, tauhid berarti keesaan Tuhan. Tauhid
merupakan formulasi kepercayaan dan keyakinan tentang tuhan yang tunggal pada
berbagai aspek dan dimensinya.
Oleh karena
itu, jika kita telaah bersama tentang urgensi tauhid terhadap perkembangan
sains, perkembangan sains berupaya untuk mengungkapkan berbagai dimensi
hubungan organik yang ada antara tauhid dan sains sebagaimana yang terlihat
melalui pandangan ilmiah seorang muslim. Agar lebih jelas lagi marilah kita
simak makalah di bawah ini.
1.2 Rumusan
Masalah
Dalam
hal yang berkaitan dengan urgensi tauhid, Kami menyimpulkan beberapa pokok
pembahasan dari tema urgensi tauhid terhadap perkembangan sains yaitu antara
lain:
1.
Bagaiman hubungan antara Sains dan
Tauhid dalam Perspektif Islam?
2.
Bagaimana tanggapan Intelektual terhadap
Sains Modern?
3.
Bagaimana Konservatisme dan Penangkal
Tauhid terhadap Sains?
4.
Bagaimana Tranformasi Masyarakat
dalam kaitannya dengan Sains dan Teknologi?
5.
Apakah Intregalisme Islam
mempengaruhi kaidah Ketauhidan dan ke Islaman?
Dari rumusan
masalah tersebut, kami menyimpulkan tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1.
Memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Ilmu Tauhid;
2.
Mengetahui hubungan Sains dan Tauhid
dalam Perspektif Islam;
3.
Mengetahui tanggapan Intelektual terhadap
Sains Modern;
4.
Mengetahui Tranformasi Masyarakat
dalam kaitannya dengan Sains dan Teknologi;
5.
Mengetahui Intregalisme Islam
mempengaruhi kaidah Ketauhidan dan ke Islaman; dan
6.
Mengetahui peran dan usaha kaum
Muslim dalam perkembangan Sains dan Teknologi;
Data-data
yang digunakan dalam penyusunan makalah ini berasal dari literatur kepustakaan
yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Referensi utama yang digunakan
adalah buku umum Ilmu Tauhid dan buku-buku lain yang terkait. Metode penulisan
bersifat studi pustaka. Informasi yang didapatkan dari berbagai literatur
kemudian disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh.
Penulisan diupayakan saling keterkaitan antara satu sama lain dan sesuai dengan
topik yang dibahas.
Data
yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik bahasan. Kemudian
dilakukan penyusunan penulisan makalah berdasarkan data yang telah
dipersiapkan. Penyusunan penulisan makalah dilakukan secara sistematis, logis,
dan analitis. Simpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,
tujuan penulisan, dan pembahasan. Simpulan yang ditarik mempresentasikan pokok
bahasan makalah, dan didukung dengan saran praktis sebagai rekomendasi
selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Islam memiliki kepedulian dan
perhatian penuh kepada umatnya agar terus berproses untuk menggali
potensi-potensi alam dan lingkungan menjadi sentrum peradaban yang gemilang.
Dalam konteks ini, tidak ada pertentangan antara sains dan Islam, dimana
keduanya berjalan seimbang dan selaras untuk menciptakan khazanah keilmuan dan
peradaban manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
Pandangan
Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam tidak pernah mengekang
umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk
melakukan penelitian dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan
teknologi. Bagi Islam, sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang
perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam
semesta ini merupakan anugerah bagi manusia sebagai khalifatullah di bumi untuk
diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dan
teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang
diterima oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya:“Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS.
Al-Alaq: 1-5).
Ayat lain
yang mendukung pengembangan sains adalah firman Allah Swt. yang berbunyi bahwa:
cÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@ø©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrãä.õt ©!$# $VJ»uÏ% #Yqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-si. Maha Suci Engkau, Maka
peliharalah kami dari siksa neraka. QS. Ali-Imran: 190-191).
Ayat-ayat di atas adalah sebuah support yang Allah berikan kepada
hambanya untuk terus menggali dan memperhatikan apa-apa yang ada di alam
semesta ini. Sebuah anjuran yang tidak boleh kita abaikan untuk bersama-sama
melakukan penggalian keilmuan yang lebih progresif sehingga mencapai puncak keilmuan
yang dikehendaki Tuhan. Tak heran, kalu seorang ahli sains Barat, Maurice
Bucaile, setelah ia melakukan penelitian terhadap Alquran dan Bibel dari sudut
pandang sains modern, menyatakan bahwa:
“Saya menyelidiki keserasian teks
Qur’an dengan sains modern secara objektif dan tanpa prasangka. Mula-mula saya
mengerti, dengan membaca terjemahan, bahwa Qur’an menyebutkan bermacam-macam
fenomena alamiah, tetapi dengan membaca terjemahan itu saya hanya memperoleh
pengetahuan yang ringkas. Dengan membaca teks arab secara teliti sekali saya
dapat menemukan catatan yang membuktikan bahwa Alquran tidak mengandung sesuatu
pernyataan yang dapat dikritik dari segi pandangan ilmiah di zaman modern”.
Selain banyak memuat tentang
pentingnya pengembangan sains, Al-Quran juga dapat dijadikan sebagai inspirasi
ilmu dan pengembangan wawasan berpikir sehingga mampu menciptakan sesuatu yang
baru dalam kehidupan. Hanya saja, untuk menemukan hal tersebut, dibutuhkan
kemampuan untuk menggalinya secara lebih mendalam agar potensi alamiah yang
diberikan Tuhan dapat memberikan kemaslahatan sepenuhnya bagi keselarasan alam
dan manusia.
Lebih jauh
Osman Bakar mengungkapkan bahwa dalam Islam, kesadaran religius terhadap tauhid
merupakan sumber dari semangat Ilmiah dalam seluruh wilayah pengetahuan. Oleh
karena itu, tradisi intelektual Islam tidak menerima gagasan bahwa hanya ilmu
alam yang ilmiah atau lebih ilmiah dari ilmu-ilmu lainnya. Demikian pula,
gagasan objektivitas dalam kegiatan ilmiah menurutnya tidak dapat dipisahkan dari
kesadaran religius dan spiritual.
Kendati demikian, Al-Quran bukanlah
kitab sains dan terlebih lagi pada pendekatan Bucaillisme melekat bahaya besar.
Yaitu meletakkan sains ke dalam bidang suci dan membuat wahyu Ilahi menjadi
objek pembuktian sains Barat. Jika suatu teori tertentu yang “dibenarkan”
Alquran dan diterima luas saat ini, kemudian satu ketika teori ini digugurkan,
apakah itu berarti bahwa Alquran itu sah hari ini dan tidak sah hari esok? Yang
tepat dilakukan ilmuwan muslim adalah memposisikan Alquran sebagai petunjuk dan
motivasi untuk menemukan dan mengembangkan sains dan teknologi dengan ilmiah,
benar dan baik.
Sains
Islam merupakan keseluruhan dari matematika dan ilmu-ilmu alam, termasuk
psikologi dan sains-sains kognitif, yang tumbuh dalam kebudayaan dan peradaban
Islam selama lebih dari satu millenium, dimulai sejak abad ketiga Islam.
Sains
Islam bersifat ilmiah sekaligus religius dalam pengertian bahwa ia secara sadar
didasarkan pada prinsip-prinsip metafisik, kosmologis, epitemologis, etis dan
prinsip moral Islam. Namun, hal fundamental yang kemudian menarik ditelaah
sebagai konsekuensi logis dari ajaran tauhid adalah perkembangan sains,
sebagaimana pernah terjadi dalam sejarah Islam selama kurun waktu abad ke-7
hingga abad ke-13. dengan berpijak pada perspektif tauhid, dinamika
perkembangan Islam selama kurun waktu tersebut benar-benar diwarnai oleh
besarnya perhatian terhadap sains. Bagaimana ajaran tauhid memiliki hubungan yang
niscaya dengan perkembangan dan kemajuan sains, semuanya kembali pada hakikat
tauhid itu sendiri. Melalui kalimat tauhid ini, semua bentuk dan jenis
kekuasaan apa pun dimuka bumi haruslah dinegasikan. Hanya allah, tuhan yang
memiliki kekuasaan yang mutlak, selain-Nya bersifat nisbi.
Tauhid
sebagai landasan pijak pengembangan sains dapat dilacak geneologinya pada
terbentuknya konsepsi tentang Tuhan dalam pengertian yang spesifik. Bahwa Tuhan
adalah pengetahuan tentang alam semesta sebagai salah satu efek tindak kreatif
Ilahi.
Berilmu
pengetahuan menurut Islam lalu sama dan sebangun maknanya dengan:
1.
Menyatakan ketertundukan pada
tauhid.
2.
Elaborasi pemahaman secara saintifik
terhadap dimensi-dimensi kosmik alam semesta. Itulah mengapa, Al-Qur’an
kemudian berperan sebagai sumber intelektualitas dan spiritualitas Islam.
Gagasan
keterpaduan ini bahkan merupakan konskuensi dari gagasan keterpaduan semua
jenis pengetahuan. Jadi, sains dalam Islam adalah sains yang berkonsepkan
tauhid. Sains dalam Islam yang tunduk kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan
Allah melalui rasulnya. Sains dalam Islam tunduk kepada al-Quran.
Tauhid
sebagai sumber kelahiran sains lalu memiliki makna yang dalam untuk
menyelamatkan manusia dari kehancuran akibat kemajuan sains itu sendiri. Jalan
manusia untuk menggapai ilmu pengetahuan dimulai dari adanya pengakuan bahwa
niscaya bagi manusia untuk mengakui adanya yang absolut. Scientia sacra membawa
manusia pada kebebasan dari semua kunkungan. Sebab, yang suci itu tidak lain
adalah tak terbatasnya dan abadi sementara, semua kungkungan dihasilkan dari
kelalaian yang mewarnai realitas akhir dan tak dapat direduksikan menjadi
keadaan kosong sama sekali dari kebenaran.
Jadi
dari sini dapat kita tarik bahwa hubungan antara sains dalam perspektif Islam
yaitu Islam memberi kebebasan kepada para sainstik untuk mengkaji. Sains Islam
menjadikan wahyu sebagai sumber rujukan yang tertinggi. Dalam etika yang lain,
dalam Islam, wahyu mengatasi akal karena wahyu datang daripada kuasa tanpa
batas sedangkan akal terbatas, dan sains tidak boleh mengatasi wahyu. Oleh
karena itu, sains dalam Islam adalah sains yang berkonsepkan tauhid. Sains
dalam Islam tunduk kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah melalui rasulnya.
Sains dalam Islam tunduk kepada al-Quran.
Dalil-dalil Naqli tentang Sains dan
Teknologi dalam Al-Quran:
1. Surat
Ar-Rahman: 33
u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4
w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
Artinya: ”Hai jama'ah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”.
2.
Surat Al-Mulk:19
óOs9urr& (#÷rtt n<Î) Îö©Ü9$# ôMßgs%öqsù ;M»¤ÿ¯»|¹ z`ôÒÎ7ø)tur 4
$tB £`ßgä3Å¡ôJã wÎ) ß`»oH÷q§9$# 4
¼çm¯RÎ) Èe@ä3Î/ ¥äóÓx« îÅÁt/ ÇÊÒÈ
Artinya:
“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan
mengatupkan sayapnya di atas mereka? tidak ada yang menahannya (di udara)
selain yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha melihat segala sesuatu”.
3.
Surat Al-hadid: 25
ôs)s9 $uZù=yör& $oYn=ßâ ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ $uZø9tRr&ur ÞOßgyètB |=»tGÅ3ø9$# c#uÏJø9$#ur tPqà)uÏ9 â¨$¨Y9$# ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( $uZø9tRr&ur yÏptø:$# ÏmÏù Ó¨ù't/ ÓÏx© ßìÏÿ»oYtBur Ĩ$¨Z=Ï9 zNn=÷èuÏ9ur ª!$# `tB ¼çnçÝÇZt ¼ã&s#ßâur Í=øtóø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# ;Èqs% ÖÌtã ÇËÎÈ
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah
mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami
turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi
itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan
rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat
lagi Maha Perkasa”.
Peran Islam dalam perkembangan teknologi informatika, adalah bahwa Syariah
Islam harus dijadikan standar pemanfaatan teknologi informatika. Ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolak ukur dalam pemanfaatan teknologi informatika, bagaimana pun juga
bentuknya. Teknologi informatika yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan teknologi informatika yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Oleh sebab itu Umat Islam
sangat perlu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya teknologi informatika tanpa
mengenyampingkan al-Quran dan al-Sunah, karena kedua hal itu menjadi tolok ukur
dalam kehidupan. Kepentingan ini tidak lain hanyalah untuk meninggikan kalimah
Allah Swt, karena -suka tidak suka- jeleknya citra umat Islam saat ini
disebabkan kesalahan informasi dan penyalahgunaan teknologi oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. Sebut misalnya, tragedi WTC yang menyebabkan umat
Islam Amerika di isolir dan mengecap Islam sebagai teroris dunia, walaupun
penjajahan atas negeri Palestina tidak dianggap teroris yang jelas-jelas
melanggar HAM, dan Denmark kembali mempublikasikan karikatur Nabi Muhammad Saw
ke seluruh dunia, tetapi karena kelambanan informasi yang diterima umat Islam
sehingga aksi yang digelar pun hanya dilakukan oleh beberapa pihak yang
mengetahui.
Sains
modern yang dimaksud oleh para intelektual muslim adalah model pengkajian alam
semesta yang dikembangkan oleh para filosof dan ilmuwan barat sejak abad ke-17,
termasuk seluruh aplikasi praktisnya di wilayah teknologi.
Islamisasi
ilmu-ilmu alam yang kini banyak dibahas di dunia Islam hanya akan berarti jika
dipandang dalam konteks bangkitnya kesadaran di kalangan orang Islam tentang
karakter khusus dari sains modern ini. Islamisasi sesungguhnya adalah usaha
untuk menyediakan sebuah model alternatif bagi sains modern. Oleh sebab itu
ahli sains mengemukakan pengetahuan sains sebagai hujjah untuk menafikan kewujudan tuhan dan meniadakan kebenaran
agama. Tetapi ada juga ahli sains yang menggunakan pengetahuan yang sama
sebagai dalil untuk membuktikan kewujudan agama dan kebenaran agama.
Metodologi
dalam sains Islam merupakan salah satu pokok yang membutuhkan perhatian khusus
dan perlu ditangani dan dipecahkan secara khusus dan perlu ditanngani dan
dipecahkan secara menyeluruh dalam setiap upaya untuk menghidupkan tradisi
ilmiah Islam di dunia kontenporer, atau menciptakan sebuah sains tentang alam
semesta yang sekaligus baru dan tradisional. Hal ini menjadi masalah pokok
karena, pada kenyataannya terdapat perbedaan-perbedaan fundamental antara
metodologi sains dalam Islam atau dalam Islam, atau dalam semua peradaban
tradisional lainnya, misal;nya peradaban cina atau india, dengan konsepsi
metodologi dalam sains modern.
Sulit
dipungkiri fakta dan kenyataan, kaum muslim dewasa ini terbelenggu ke dalam
gejala konservatisme. Berbagai pembicaraan tentang tauhid tidak secara nuchter ditujukan untuk melakukan
upaya-upaya seksama pengembangan sains, seperti di masa lampau. Pembicaraan
tentang tauhid berada dalam satu tendensi untuk memperkuat politik identitas
demi memenangkan pertarungan memperebutkan kuasa politik dan atau kuasa
ekonomi. Ketika tauhid menjadi dasar terbentuknya bangunan sains, maka Islam
sebagai ajaran mengedepan sebagai inspirasi. Tetapi ketika Islam berhenti
sekadar sebagai politik identitas, maka Islam mengedepan sebagai aspirasi.
Itulah
mengapa pembicaraan tentang tauhid pada akhirnya melulu dihubungkan dengan
“kebenaran” Islam sebagai agama yang diperbandingkan dengan “kebenaran”
agama-agama lain. Pada derajat tertentu, ekpresi pembicaraan tentang tauhid
lalu bernuasa konfliktual dalam pertautan hubungan antara umat Islam dan umat
beragama. Sebuah telaah kritis yang tertuang ke dalam karya Sam Harris memperlihatkan
menguatkan gejala konservatisme. Sebagai konsekuensinya, tauhid cenderung untuk
hanya dikait-hubungkan dengan gerkan-gerakan teror, yaitu sebuah gerakan yang
mengambil jalan kekerasan untk mengubah atau memprotes situasi ketidakadilan
dengan menggunakan label-label Islam. Dari karya bapak Sam Harris mengatakan
yang disebut dengan the problem with Islam, yaitu berakhirnya tauhid
sebagai dasar pengembangan sains.
Ajaran
Islam yang bersukmakan tauhid itu lalu tampak ke permukaan sebagai realitas anti-rasio
atau mengingkari makna penting rasio sebagai instrument pengembangan sains.
Ajaran-ajaran Islam yang berkembang pada hari ini mengmputasi rasio dalam
struktur kesadaran beragama umat. Ketika sudah tak lagi menjadi landasan pijak
pengembangan sains, tauhid malah menjadi dasar munculnnya radikalisme yang
mengatas-namakan Islam. Tak dapat dinafikan, para ilmuwan Muslim di masa lampau
telah menemukan aljabar, menerjamahkan karya-karya Plato dan Aristoteles serta
memberikan sumbangan terhadap perkembangan sains di Eropa, justru tatkala
Kristenitas sendiri masih abai terhadap arti penting sains.
Juga
melalui kekuasaan Islam di Spanyol (719-1036), teks-teks klasik Yunani
diperkenalkan ke Eropa, dan dari teks klasik Yunani itulah Eropa memasuki
era Renaissance. Masalahnya, Islam dewasa ini terdiferensiasi ke
dalam kelompok moderat dan fundamentalis. Melalui upaya yang begitu asertif,
kelompok-kelompok fundamentalis mengedepankan pentingnya mempertegas timbulnya
friksi dan pertarungan antara House of Islam atau Dar
al-Islam dan House of War atau Dar al-Harb,
sehingga Islam berkedudukan versus non-Islam.
Apa
yang penting digaris bawahi di sini, ialah energi besar umat yang menjadikan
tauhid sebagai titik tolak untuk hanya meletupkan radikalisme. Tragisnya lagi,
elemen-elemen modeat pada masyarakat Islam kontemporer tak cukup memiliki
kapasitas untuk menjadikan tauhid sebagai dasar pengembangan sains. Sampai
kapan konservatisme itu bakal bergemuruh? Mungkinkah ditemukan sebuah jalan
keluar dari konservatisme semacam ini?
Pelan
tapi pasti, di kalangan ilmuwan Muslim Indonesia muncul serangkaian otokritik
terhadap runtuhnya kemampuan umat untuk menjadikan tauhid sebagai dasar
mengukuhkan bangunan sains, yaitu sains Islam atau sains yang mengambil titik
pijak dari scientia sacra Islam. Jadi sebenarnya agar tauhid
menjadi fundamen terbentukknya sains bermuara pada tranformasi masyarakat dan
integralisme Islam.
Tauhid
merupakan suatu konsep sentral yang berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat dari
segala sesuatu, dan bahwa manusia harus mengabdikan diri sepenuhnya kepada-Nya.
Konsep tauhid ini mengandung implikasi doktrinal lebih jauh bahwa kehidupan
manusia tak lain kecuali menyembah kepada-Nya. Doktrin bahwa hidup harus
diorientasikan untuk pengabdian kepada Allah inilah yang merupakan kunci
seluruh ajaran Islam. Di dalam Islam, konsep mengenai kehidupan adalah konsep
yang teosentris, yaitu bahwa seluruh kehidupan berpusat pada Tuhan. Sistem
nilai tauhid mendasarkan diri pada pandangan semacam ini Tuntutan agar umat
Islam mengembangkan sains untuk memajukan kehidupan, berimplikasi pada
munculnya humanisme-teosentris. Transformasi masyarakat dalam perspektif Islam
pun memiliki tujuan yang pasti, yaitu terbentuknya humanisme-teosentris.
Transformasi
masyarakat agar tauhid kembali menjadi landasan pijak mengembangan sains,
khususnya ilmu-ilmu sosial dan humaniora di Indonesia dan pembaruan teologi”
dalam tiga pengertian.
1.
Melakukan tafsir baru terhadap Islam
dalam rangka memahami realitas yang begitu rumit dan kompleks.
2.
Metode yang diberlakukan untuk
melakukan tafsir baru merupakan hasil elaborasi ajaran-ajaran Islam ke dalam
suatu bentuk teori sosial.
3.
Semua itu dilakukan sebagai rekayasa
untuk transformasi masyarakat.
Dengan
demikian, lingkup persoalan tak hanya bersangkut paut dengan aspek-aspek
normatif yang bersifat permanen, tapi juga bersinggungan dengan aspek-aspek
yang bersifat empiris, historis, dan temporal. Boleh dikata, ini merupakan
upaya menemukan sains Islam khas Indonesia yang mengambil titik tolak dari
terjadinya transformasi ajaran-ajaran Islam menjadi teori-teori sosial.
Melalui
upaya penilikan terhadap perkembangan sains dan teknologi yang bergulir sejak
abad ke-17, sampai pada kesimpulan bahwa sains Barat bercorak reduksionistis,
atomistik dan parsialis dalam memandang kenyataan. Barat terbukti gagal
memahami dan mengendalikan implikasi dari perkembangan sains dan teknologi yang
lahir dari sains Barat. Sebagai respons atas kenyataan tersebut, posmodernisme
tampil ke depan dengan menawarkan pandangan alternatif, yaitu postrukturalisme
dan holisme. Tapi, tragisnya, posmodernisme tak bisa mengelak sepenuhnya dari
watak paradigma modern yang cenderung atomistis dan parsialis. Atas dasar ini,
Armahedi Mahzar lalu mengajukan sebuah paradigma yang ia sebut sebagai
“Integralisme Islam”. Dalam maknanya yang simplisit, integralisme merupakan
suatu wawasan kemenyeluruh dalam memandang segala sesuatu sains, teknologi,
seni, budaya, dan agama.
Hal
fundamental yang menarik digaris bawahi, Bahwa secara intrinsik, tak ada
pertentangan antara sains dan Islam. Sains dalam pengertiannya yang modern
adalah pengembangan dari filsafat alam yang merupakan bagian dari filsafat yang
menyeluruh dalam khazanah keilmuan Yunani. Namun, filsafat Yunani terlalu
deduktif, yang lebih berdasarkan pada pemikiran spekulatif. Karena itu, perlu
dilengkapi oleh pengamatan empiris sebagaimana yang diperintahkan dalam Al
Qur’an. “Itulah sebabnya,” sains berkembang dengan pesat. Pengujian eksperimental
menyebabkan sains menjadi kukuh. Dengan demikian, di tangan ilmuwan Muslim,
sains memperoleh karakternya yang rasional obyektif selama gelombang pertama
peradaban Islam.
Namun,
rasionalitas sains tak dapat dilepaskan dari rasionalitas religius karena teologi,
fisafat, dan sains merupakan kesatuan integral.
pengembangan sains Islam bakal terbentuk persoalan besar, karena ilmu mengenai benda-benda yang disebut sebagai sains tak dapat dipisahkan dari ilmu mengenai cara yang disebut teknologi. Teknologi sebagai penerapan sains juga terdiri dari empat komponen atau strata eksistensial yang berkaitan dengan materi, energi, informasi, dan nilai”.
pengembangan sains Islam bakal terbentuk persoalan besar, karena ilmu mengenai benda-benda yang disebut sebagai sains tak dapat dipisahkan dari ilmu mengenai cara yang disebut teknologi. Teknologi sebagai penerapan sains juga terdiri dari empat komponen atau strata eksistensial yang berkaitan dengan materi, energi, informasi, dan nilai”.
Dalam
konteks ini, peranan tauhid sebagai sentralitas keyakinan muslim
perludiperteguh dengan memperkukuh menjadi sutu pandangan dunia tranformatif
dalam rangka menangkal deIslamisasi global. Sementara, deIslamisasi global
terpampang kedalam beberapa fakta berikut:
1.
Dominasi teknologi cetak
memungkinkan terbentuknya revolusi ilmiah yang diikuti oleh revolusi industri.
Revolusi
industri yang berkaitan dengan pandangan dunia saintifik dan ideologis
mendasari masyarakat kapitalis industrial dengan orientasi rasional. Revolusi
komunikasi radio memungkinkan dominannya pandangan dunia ideologis dengan
sistem kapitalisme imperilais transnasional.
2.
Revolusi komunikasi televisi
mendorong pandangan dunia yang bersifat imagologis dalam suatu masyarakat dunia
yang didominasi kapitalisme korporasi multinasional.
Dengan
revolusi komunikasi dan informasi digital dan internet, maka semua bentuk
pandangan dunia terpadu dalam skala global. Dalam era teknologi informasi
digital global ini, sistem kapitalisme global merangsang gaya hidup konsumtif
materialistis melalui imagologi hiper-realitas. Imagologi hiper-realitas yang
membungkus ideologi materialistis, filsafat humanistis, teologi ateis, dan
mitologi sekularistik yang tersembunyi. Pendeknya, dunia budaya postmodern yang
pluralistis ditampilkan untuk kolonisasi mental melalui virus-virus virtual
seraya menyembunyikan hegemonisme monopolistik kapitalisme global.
Sikap kita sebagai muslim dalam
menanggapi TI, tentunya kita harus menanggapi dengan bijak. cara menaggapi TI
diantaranya :
1.
Resesif, kita
harus menerimanya dengan bijak. jangan sampai kita menolaknya
terhadap perkembangan TI. Kemajuan TI itu tidak bisa kita tolak;
2.
Selektif,
setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang
tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadits dan sunnah tentu kita bisa melakukan hal
ini;
3.
Digesif,TI itu
perlu kita arahkan, tentunya untuk amal ma’ruf nahi munkar;
4.
Adaftif, perlu
juga kita sesuaikan dengan dengan jati diri kita sebagai muslim yang pasti
sesuai dengan dasar islam; dan
5. Transmitif, kembangkanlah TI untuk
menyiarkan agama islam. Sebagai contoh dengan adanya alquran seluler, quran
digital dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Masyarakat
Islam perlu menyuburkan ilmu Tauhid dan menjadikan ilmu itu sebagai titik-tolak
pengajian sains. Dengan berbuat demikian kita akan meletakkan sains di atas
landasan pemikiran yang kukuh. Tauhid juga akan menjadi sumber inspirasi utama
bagi generasi muda untuk belajar sains dan mengkaji alam yang luas ini.
Kajian
saintifik perlu digalakkan sebagai salah satu cara utama yang membolehkan kita
memajukan ilmu Tauhid. Tauhid secara mendasar berkaitan dengan fondasi
dan perangkat metodologi untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah dan teknologi,
fondasi etikanya, kegunaannya, aplikasinya yang luas dan beragam, serta
signifikansi dan konsekuensinya praktisnya terhadap kehidupan manusia dan
lingkungan.
Tujuan
terakhir dari korelasi tauhid dan ilmu pengetahuan adalah kemampuan manusia
untuk lebih mendekatkan kepada Allah swt. Sebagai Rabb yang sejatinya merupakan
sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.2 Saran
Pada
dasarnya tauhid, keimanan, sains dan teknologi adalah suatu hal bersifat
kontruksi bagi manusia khususnya manusia yang beriman kepada Allah Swt.
Kepaduan dan ketepatan kita dalam menempatkan ketiganya sangat diperlukan dan
sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dalam tugas manusia di bumi untuk
beribadah kepada Allah Swt. Selain itu manusia pada hakikatnya adalah seorang
khalifah di bumi ini, jadi hendaknya kita semua bisa memanfaatkan kefedahan
dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita gunakan sehari-hari sebagai dasar
pemupuk dan penguat ketauhidan dan keimanan kepada Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
Baiquni,
Achmad, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta : Dana Bhakti Waqaf, 1995.
Dawam,
M. Rahardjo, Ilmu Sejarah Profetik dan Analisis Transformasi Masyarakat”, Bandung: Mizan: 1991.
Jalaludin, Teologi Pedidikan, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Nasr,
Seyyed Hossein, Pengetahuan dan Kesucian, diterjemah oleh Suharsono
et.al dari judul asli Knowledge and the Cecred. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 2008.
Osman, Bakar, Tauhi dan Sains, Jakarta:
Pustaka Hidayah, 1991.
Siroj, Said Aqil Tasawuf Sebagai Kritik Sosial ,
Bandung: Mizan, 2006.
Sophian,
Ainur Rofiq. Tantangan Media Informasi
Islam, Antara Profesionalisme dan
Dominasi Zionis. Surabaya:Risalah Gusti, 1993.
Maskoeri, Jasin. Ilmu
Alamiah Dasar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Edisi Revisi ke-15, 2008.
0 komentar