Teori Hegemoni Gramsci
Hegemoni Gramsci

Antonio
Gramsci seorang Marxis, lahir di Ales, Sardinia, Italia, 22 Januari 1891.
Gramsci lahir dari keluarga kelas bawah. Gramsci memasuki perguruan tinggi
setelah memenangkan perolehan beasiswa di Universitas
Turin, tahun 1911. Sejak mahasiswa minatnya dalam bidang politik dan aktivis
gerakan sosial mulai tumbuh. Ia menjalani kehidupan seorang aktivis, bekerja
pada koran sosialis, di kota itu. Ia terkesan pada gerakan kaum buruh di kota
Turin, kemudian mendorongnya berpolitik.
Semula
Pemikiran Gramsci dipengaruhi oleh filosof Italia Benedetto Croce. Dari Croce,
Gramsci belajar menghargai ilmu sejarah dan membuatnya memahami keterbatasan
positivisme. Namun kemudian Gramsci mengkritik Croce sebagai teoritis
demokrat-liberal yang tidak berani menarik konsekuensi untuk praxis revolusioner.
Dari sinilah ia menjadi Marxis.
Tahun
1922, Gramsci ke Rusia selain belajar juga memperjuangkan penerapan watak
demokratis paham sosialisme. Tahun 1924, kembali ke Italia dan melakukan
berbagai usaha menciptakan perubahan dan transformasi partai komunis,
mengembangkan partai komunis berakar pada gerakan massa.
Tahun
1928, Gramsci dijatuhi hukuman 20 tahun penjara oleh pemerintah fasis,
Mussolini. Di penjara itulah Gramsci menuliskan pemikirannya, tentang peran
intelektual, hegemoni, hingga masyarakat sipil, yang kemudian dikenal dengan The
Prison Notebooks. Gramsci tidak menyelesaikan masa hukumannya selama 20 tahun,
sebab, 27 April 1937 ia meninggal dunia di dalam kamar penjaranya di Turin pada
umur 46 tahun.
Gramsci
hidup pada masa kehancuran revolusi sosial di Eropa Barat dan menyaksikan
organisaasi buruh, gerakan sosialis dihancurkan oleh fasisme pada 1922-1937. Ia
menyaksikan rakyat petani di tengah menghadapi krisis, lebih memilih fasisme
bukan sosialisme. Keprihatinanya sebagai aktifis sosial tercurahkan dalam
tulisanya tentang konsep hegemoni.
Istilah
Hegemoni berasal dari bahasa Yunani, Hegeishtai, artinya memimpin, kepemimpinan, penguasaan
atau kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain. Gramsci memakai dan mengartikan Hegemoni sebagai;
Sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah
konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara
institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa,
kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh
hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral.
Konsep
hegemoni Gramsci tak bisa dilepaskan dari bahwa dirinya aktifis dan Marxis.
Sebagai aktifis dan Marxis, Gramsci melakukan perjuangan melawan kekuasaan yang
feodalis, kapitalis dan fasis. Gramsci mengolah bacaanya pada karya Marx,
mengkritisi keberhasilan revolusi Rusia dan memahami pengalamanya sendiri atas
kegagalan revolusi di Itali, di mana rakyat ternyata lebih memilih fasis
ketimbang sosialis.
Gramsci
menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan
kepada kelas bawah. Gramsci menunjukan bagaimana teknik penguasa dalam
mengekekalkan kekuasaanya tidak hanya lewat kekerasan, politik dan ekonomi,
melainkan juga moral, budaya dan intelektual, melalui bentuk-bentuk persetujuan
masyarakat yang dikuasai.
Kelas
berkuasa tersebut menjaga hegemoninya dilakukan dengan menciptakan suatu
konsensus kultural dan politik, melalui serikat pekerja, partai politik,
sekolah, media, tempat ibadah dan berbagai organisasi. Sehingga pada akhirnya
kelas yang terhegemoni akan mengikuti cara pandang yang dilakukan oleh kelas
berkuasa sebagai sesuatu yang biasa.
Praktik
hegemoni dilakukan secara terus-menerus terhadap kekuatan oposisi agar mau
memilih sikap konformistik, sehingga menimbulkan disiplin diri untuk
menyesuaikan dengan yang diputuskan oleh Negara dengan keyakinan bahwa apa yang
telah diputuskan Negara tersebut merupakan cara terbaik untuk bertahan dan
meraih kesejahteraan.
Setelah
tahu hegemoni penguasa, Gramsci mengajak kita untuk melakukan perlawanan dengan counter hegemoni,
yang ini menjadi tugas intelektual organik melakukan pendidikan dan menyebarkan
kesadaran perjuangan. Dari sinilah muncul istilah perang posisi (perjuangan
panjang, membangun aliansi dan melakukan penetrasi) dan perang gerakan (perang
frontal, ketika dukungan massa sudah terpenuhi).
0 komentar