Desa Mukapayung sebagai Desa Wisata
DESA MUKAPAYUNG SEBAGAI DESA WISATA
Disusun Oleh, Kelompok 7:
1. Paelani Setia
2. Muhammad Riza Zulkifli
3. Muhammad Iqbal Maulana
4. Mulyanti
5. Nabila Puspitasari
Rural of Sociology
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UIN SGD Bandung
2017
Dalam sejarahnya, desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan jauh sebelum Negara Indonesia terbentuk. Sejarah perkembangan desa di Indonesia telah menaglami perjalanan yang sangat panjang bahkan lebih tua dari Negara Republik Indonesia. Sebelum masa Kolonial Belanda, di berbagai daerah telah dikenal kelompok masyarakat yang bermukim pada suatu wilayah atau daerah tertentu dengan ikatan kekerabatan atau keturunan. Pola permukiman berdasarkan keturunan atau ikatan emosional kekerabatan berkembang terus, baik dalam ukuran maupun jumlah yang membentuk gugus atau kesatuan permukiman.
Desa merupakan kesatuan masyarakat kecil seperti sebuah rumah tangga yang besar, yang dipimpin oleh anggota keluarga yang paling diduakan atau dihormati berdasarkan garis keturunan. Pola hubungan dan tingkat komunikasi pun masih jarang atau sangat rendah, terutama di daerah perdesaan terpencil dan pedalaman.
Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup pada daerah pedesan yang mana secara stuktural dan administrasi memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan suatu negara, sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani/agraris, namun sebenarnya mata pencaharian penduduk sangat dipengaruhi oleh faktor alam yang ada, berdasarkan mata pencahariannya desa dapat dibedakan menjadi: Desa nelayan, desa agraris, desa perkebunan, desa peternakan, desa industri dan lain sebagamya, namun ciri khas dari desa adalah sifat kehomogenan yang ada pada sistem mata pencaharian penduduknya, walaupun ada beberapa yang bermata pencaharian berbeda (seperti, pedagang, biro jasa dan lain-lain) namun secara nyata hanya satu jenis mata pencaharian yang menonjol dan menjadi ciri khas dari desa tersebut. Corak kehidupan didesa didasarkan pada ikatan kekeluargaan yang erat. Masyarakat merupakan gemeinschaf yang memiliki unsur gotong royong yang kuat.
Secara umum, desa mempunyai gejala yang sama dan bersifat universal, yang terdapat di manapun di dunia ini. Sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu, baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, terutama yang bergantung pada pertania. Desa di mana pun cenderung memiliki karakteristik yang sama. Oleh karena itu, ciri utama yang terlekat pada desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal, tanah asal (menetap) dari suatru kelompok masyarakat yang relatif kecil. Dengan kata lain, suatu desa ditandai dengan keterikatan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan ini selain untuk tempat tinggal juga untuk menyangga kehidupan mereka.
. Desa merupakan bentuk pemerintahan dimana masyarakat mempunyai kewenangan mengurus urusan pemerintahannya sendiri. Terkadang banyak desa di Indonesia yang tidak mau di urus oleh pemerintahan yang bernaung diatasnya, mereka ada yang ingin hidup mandiri karena dengan alasan mempunyai adat istiadat yang lengkap dalam pergaulan, norma, dan nilai. Makanya masyarakat desa identik dengan masyarakat yang tertutup dan erat dengan adat istiadat yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.
Desa mempunyai keunikan dan ciri khasnya tersendiri, desa pada umumnya jauh dari keramaian dan berbagai hingar-bingar kehidupan kota, desa sangat menjunjung tinggi apa yang telah di wariskan oleh leluhurnya. Hamparan pemandnagan yang indah dengan kekhasannya membuat desa terlihat sangat elok, menarik, dan indah dipandang mata. Sehingga mayoritas pekerjaan dari warga desa sangat terlihat sekali dengan memanfaatkan alam sebagai sandaran profesi mereka, tak heran apabila pekerjaan dari masyarakat desa di habiskan di luar dan di alam berbeda dengan masyarakat kota yang pekerjaannya banyak di kerjakan di bangunan-bangunan kantor.
Karakteristik masyarakat desa juga terkenal denga kesopanan, kesantunan, dan perilaku yang baik lainnya. Warga desa umumnya belum terkontaminasi berbagai perilaku yang ada di kota, sehingga mereka sangat menjaga perilaku positif mereka dengan sebaik-baiknya. Kehidupan di desa juga sangat kental sekali dengan gotong royong dan toleransi yang sangat terjaga, sehingga terlihat dari sisi positif mereka terhadap kepercayaan (agama) yang sangat kental, sehingga memunculkan sentimen bahwa masyarakat desa banyak mengutamakan kehidupan akhirat. Selain itu, perubahan sosial masyarakat desa juga sangat berjalan lambat sekali karena pada umumnya mereka tertutup terhadap berbagai kebudayaan yang masuk dan sangat curiga sekali dengan kebudayaan yang menghampiri mereka.
Namun, pada faktanya desa yang kita kenal perlahan-lahan berubah seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekarang kita sulit sekali menemukan desa yang benar-benar masih asli menjaga apa yang diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang mereka. Kecuali desa yang benar-benar dengan teguh menjaga dan melestarikan warisan nenek moyangnya secara turun temurun dan siap disebut desa kuno, atau primitif. Kehidupan desa sekarang banyak menjadi kehidupan peralihan dari kota, banyak desa yang statusnya bahkan tidka jelas karena desa tradisional bukan kota kecil pun bukan. Sehingga inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi para peneliti dalam menemukan kesulitan terhadap apa yang mereka teliti khususnya tentang desa.
Desa dengan segala keunggulannya khususnya yang berkaitan dengan alam mempunyai banyak sekali potensi yang bisa menjadi sumber penghidupan dan pemenuhan kebutuhannya sehari-hari. Potensi ini terus digali dan dikembangkan sehingga menghasilkan nilai jual yang penting dalam proses pemenuhan kebutuhan. Potensi desa umumnya berpusat pada alam sebagai pendamping kehidupan mereka, tanah yang subur menjadi potensi bagi pertanian yang diolah oleh masyarakat desa, laut yang luas menandakan keterampilan mereka dalam melaut dan memeperoleh ikan, pemandangan alam yang indah sebagai potensi wisata, kuliner yang khas sebagai potensi wisata kuliner, serta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya yang menjadi potensi yang selalu ada dalam desa-desa. Potensi-potensi tersebut biasanya diolah dan di kembangkan oleh masyarakat desa itu sendiri dengan mengandalkan berbagai keterampilan yang ada tanpa teknologi yang modern, sehingga ketersediaannya sangat banyak dan terpelihara tidak mudah cepat habis.
Karakteristik masyarakat desa yang terbuka menyebabkan berbagai bencana bagi desa itu sendiri, meskipun bencana tersebut banyak yang berdampak positif juga. Mau tidak mau masyarakat harus menerima berbagai hal yang baru dalam kehidupannya, salah satu contohnya adalah teknologi, dulu di desa sangat sulit sekali ditemui televisi dan handphone, namun sekarang tidak sulit lagi menemukan televisi di desa bahkan para remajanya pun setiap hari dan setiap individu sudah memegang hanphone dan smartphone. Dengan teknologi masyarakat desa jadi tahu dan mengerti terhadap kebudayaan dan gaya hidup di kota, sehingga lambat laun mereka akan melakuan identifikasi, dan imitasi sehingga kehidupan mereka berkembang dan berubah mengikuti alur kehidupan di perkotaan. Hal inilah debetulnya yang menjadi cikal bakal kota-kota baru, meskipun perlahan tetapi fase ini tidak bisa dihindarkan oleh masyarakat desa.
Potensi desa dan keunikan desa yang dimiliki pun perlahan-lahan habis dan banyak di tinggalkan oleh masyarakat desa, ini terlihat dari banyak generasi penerus yang enggan mengurusi pertanian yang di kerjakan secara turun-temurun, mereka lebih memilih untuk migrasi ke kota-kota besar meninggalkan tempat tinggal mereka yaitu desa, banyak juga yang memilih untuk melanjutkan pendidikan ke kota dengan cita-cita yang tinggi dan memperbaiki keturunannya. Potensi desa ini ada yang bertahan seperti pertanian, dan lambat laun juga potensi ini habis seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di desa. Hal inilah yang menyebabkan desa-desa sekarang sangat bervariasi sekali dalam segala bidang aspek kehidupan, sehingga menyebabkan adanya stratifikasi sosial masyarakat desa. Potensi masyarakat juga sangat berperan, dimana pekerjaan yang pada awalnya hanya sebagai petani saja, sekarang banyak muncul pekerjaan lain yang ada di desa, seperti guru, pedagang, pengusaha, wirsawasta, dan lain-lain. Begitu juga dengan berbagi keunikan di desa yang perlahan-lahan mulai banyak di tinggalkan, seperti contohnya adalah berbagai kesenian dan budaya yang mulai ditinggalkan pula oleh masyarakat.
Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap citra desa hari demi hari, desa sekarang banyak yang berubah transisi menuju desa modern dan desa menuju kota kecil. Industrialisasi juga sangat berpengaruh dimana tidak sulit menemukan desa-desa yang mempunyai industri kecil maupun menengah. Sumber daya manusia yang beragam menjadi ciri khas desa sekarang sehingga tidak hanya melulu padas suatu mata pencaharian atau objek tertentu saja. Juga berdampak pada pendidikan yang terjadi di desa, masyarakat mulai menyadari pentingnya pendidikan formal untuk masa depan, tanpa mengesampingkan pendidikan informal seperti pesantren, pendidikan formal juga banyak di pilih oleh masyarakat desa sekarang. Namun pendidikan yang pada umumnya di minati oleh masyarakat desa adalah pendidikan informal seperti pesantren dan pondok lainnya, alasan menjadi pemuka agama dan menjadi tokoh yang di segani di masyarakat menjadi faktor utamanya mereka banyak lebih memilih pesantren sebagai pendidikan generasi-generasi penerusnya.
Berbagai keunikan dan potensi serta perubahan sosial yang banyak terjadi di desa yang akhirnya menginspirasi kami untuk melakukan observasi langsung ke suatu desa, lokasi desa yang kami pilih adalah Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Ada berbagai alasan kami memutuskan untuk melakukan observasi ke desa tersebut, diantaranya keingingan untuk memajukan daerah asal dengan segala potensi yang ada yang patut untuk dipasarkan ke masyarakat luas. Selain itu, kebutuhan masyarakat akan berwisata sangat tinggi sekali sehingga perlu adanya destinasi wisata lainnya yang tidak hanya itu-itu saja untuk dikunjungi oleh masyarakat luas. Ini jelas membuktikan bahwa desa wisata atau lokasi wisata yang kita ketahui masih sangat sedikit dan banyak sekali lokasi dan potensi wisata yang bagus yang patut di kunjungi ketika liburan tiba. Selain itu tentunya sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk mengerti dan paham kondisi lingkungan di sekitar kita, khususnya di lingkungan masyarakat desa sebagai asal kita hidup. Alasan tersebut yang memperkuat kami untuk melakukan observasi dengan tema Desa Wisata: Mukapayung sebagai Desa Wisata Alami dan Kuliner.
B. DESA MUKAPAYUNG SEBAGAI DESA WISATA
1. Profil Desa Mukapayung
Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat merupakan kecamatan yang berada di timur Ibukota Kabupaten Bandung Barat yaitu Padalarang. Kecamatan ini terkenal sebagai kota wajit, kerupuk gurilem, dan sebagai kota santri. Di sebelah timur kecamatan ini terletak sebuah desa yang menawarkan pemandangan yang kindah dan terkenal dengan wisata kulinernya yaitu desa Mukapayung.
Mukapayung adalah desa di kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia. Mukapayung terkenal dengan pemandangannya yang asri dan sejuk, serta beberapa tempat yang bisa dijadikan destinasi wisata.
Desa Mukapayung secara geografis merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Desa ini berbatasan dengan desa Rancapanggung di sebelah barat, tepatnya di jembatan Ciminyak, di sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Lembang, Desa Batulayang, di sebelah timur berbatasan dengan daerah Citiis, Desa Batulayang dan di sebelah utara berbatasan dengan Dusun Cikoneng, Desa Rancapanggung.
Desa ini berpenduduk kurang lebih 12.000 jiwa, yang dibagi dalam 86 RT, 20 RW, dan 4 Dusun, serta jumlah Kepala Keluarga kurang lebih 3000 KK. Persentasi penduduk ini meliputi semua jenis usia masyarakat yang ada, yang terbagi secara menyebar ke setiap wilayah bagian desa. Penduduknya bermayoritas sebagai buruh tani, pedagang, serta usaha lainnya. Semua penduduknya beragama Islam. Berikut profil desa secara lengkap:
Nama Lengkap Desa : Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.
Tipologi Desa : Desa Swasembada.
Batas Wilayah : Jembatan Ciminyak, Desa Rancapanggung (Timur), Dusun Lembang, desa Batulayang (Selatan), Citiis, Desa Batulayang (Barat), dan Dusun Cikoneng, Desa Rancapanggung (Utara)
Jumlah Penduduk : ± 12.000 jiwa, tersebar dalam 86 RT, 20 RW, dan 4 Dusun.
Agama yang Dianut : Islam.
Mata Pencaharian Penduduk : Buruh Tani, Pedagang, Pengusaha, Buruh.
Kesenian Khas : Kesenian khas Sunda seperti, Lengser, Kecapi, dan Pencak Silat.
Ciri Khas Desa : Desa Wisata Alam dan Kuliner, terutama Wahana Wisata Curugan Gunung Puteri dan Rumah Makan Ciminyak.
Kepala Desa : Apendi Supriadi
Luas Wilayah : ± 90 km persegi.
Kode Pos : 40562
Desa ini pada awalnya bersatu dengan desa Rancapanggung, namun seiring bertambahnya penduduk dengan lokasi yang luas akhirnya dimekarkanlah desa tersebut menjadi desa Mukapayung. Desa ini termasuk desa dengan jumlah penduduk dan luas yang besar di kecamatan Cililin selain desa Cililin utamanya.
2. Cerita Sejarah Desa Mukapayung
Suatu ketika, sebuah kerajaan menyelenggarakan sayembara untuk mencari jimat salakadomas. Tak ada yang tahu apa yang melatari penyelenggaraan sayembara itu. "Yang jelas, siapa saja yang berhasil menemukan jimat tersebut, bakal dinikahkan dengan putri raja. Di antara para peserta, terdapat dua ksatria kenamaan kala itu, Mundinglaya dan Ki Jongkrang Kalapitung," tutur A. Ali Suharna (64), tokoh masyarakat sekaligus mantan Kepala Desa Mukapayung. Kami bertemu di dangau (gubuk) Kp. Cibitung Desa Muka Payung, Kec. Cililin, Kab. Bandung Barat, pada (22/04/2017).
Singkat cerita, Mundinglayalah yang berhasil menemukan jimat salakadomas itu. Ia bermaksud mempersembahkan jimat tersebut kepada sang putri. Bersama seorang kawan bernama Munding Dongkol, sang ksatria mencari sang putri. "Rupanya, Ki Jongkrang tahu bahwa jimat itu sudah ditemukan Mundinglaya. Maka, ia segera mengatur siasat jahat," ujar Ali.
Ki Jongkrang memasang perangkap berupa batu di aliran sungai Cibitung. Masyarakat Desa Mukapayung mengenalnya sebagai batu langkob. "Salah satu ujung batu panjang itu disangkutkan di tebing. Sementara, ujung lainnya disanggah dengan tiang batu. Kalau Mundinglaya lewat, batu itu dijatuhkan," katanya.
Rupanya, perangkap itu tak berhasil menjerat Mundinglaya. Malah, Munding Dongkol yang tertangkap. Kedua batu langkob itu, hingga kini, masih ada di aliran Sungai Cibitung. "Yang satu masih utuh, sedangkan yang satu lagi sudah runtuh. Batu langkob itu menjepit batu yang mirip badan kerbau (munding -red.). Masyarakat di sini percaya bahwa itulah Munding Dongkol," ujar Ali.
Ki Jongkrang tak kehabisan akal. Ia memasang cermin besar di barat yang memperlihatkan sang putri tengah tetirah di atas bukit, di bawah payung. Padahal, bukit itu sesungguhnya berada di timur. Bukit itu berada di Kampung Mulka Payung. "Diam-diam, Ki Jongkrang membuat cubluk (lubang septic tank) yang dibubulu (ditutupi) dengan dedaunan dan ranting. Mundinglaya yang gembira bakal bertemu putri, akhirnya terperosok dan tak bisa bangkit lagi," ucapnya.
Tempat Ki Jongkrang meletakkan cermin (eunteung,-red.) itu, oleh masyarakat setempat, dikenal sebagai Leuwi Eunteung. Batu yang dipercaya sebagai Mundinglaya pun, hingga kini, masih ngajugrug (utuh berdiri) di sawah milik Ali Suharna. "Batu ini juga dinamakan Munding Jalu," katanya.
Kecurangan Ki Jongkrang disaksikan sang putri dari puncak bukit. Sang putri lari dan bersembunyi di bukit, tak jauh dari tempat semula. Ia meninggalkan payung yang meneduhinya. Payung– yang menjadi batu– itulah yang dikenal sebagai Mungkal (batu -red.) Payung. "Sementara, bukit tempat putri bersembunyi dinamakan Gunung Putri. Lalu, di lain waktu, seorang nakhoda bernama Demang Karancang bermaksud mempersunting putri itu, tapi tak bisa. Karena itulah, bukit di timur Gunung Putri dinamakan Gunung Karancang. Biasa juga disebut Gunung Nakhoda atau Gunung Kasep Roke," ungkapnya.
Kemudian hari, ketika dimekarkan dari Rancapanggung, desa itu diberi nama Muka Payung. Soalnya, desa tersebut kadang tersohor dengan situs mungkal payung yang berada di Kp. Mulka Payung. "Ada sebuah harapan. Desa ini bisa menjadi seperti payung terkembang," ujar Ali Suharna menandaskan.
3. Karakteristik Desa Mukapayung
Karakteristik desa merupakan suatu hal yang menjiwai dari suatu tempat atau wilayah dimana disana terdapat manusia tinggal dalam memperjuangkan kehidupannya bersama-sama secara gotong royong, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia sebaik-baiknya.
Masyarakat desa Mukapayung pada dasarnya adalah sebuah desa pertanian dengan memanfaatkan hasil pertanian sebagai sumber pemenuhan kebutuhan mereka, hal tersebut jelas terlihat dari mayoritas penduduk yang masih bertani dalam kegiatannya sehari-hari. Hamparan sawah yang luas dan tanaman-tanaman yang hijau ditambah pemandangan yang masih asri menandakan bukti besar bahwa desa Mukapayung masih mengandalkan pertanian sebagai komoditas utama kehidupan.
Selain pertanian, letak geografis yang sangat indah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat wisata untuk menarik para wisatawan yang datang kesana. Mereka mengelola tempat-tempat yang ada dengan seelok mungkin sehingga menjadi wahana wisata yang sangat indah dan berkesan sampai sekarang di mata masyarakat luas.
Namun hal tersebut nampaknya mulai berkembang terlihat sudah mengalami perubahan yang signifikan, ini terlihat dari semakin beragamnya mata pencaharian yang di kerjakan oleh masyarakatnya. Tidak hanya bertani padi dan palawija, masyarakat juga sudah banyak yang mengelola toko, kios dagangan, dan bahkan banyak sudah merintis dan sukses di home industri khususnya industri pakaian perlengkapan Polisi, TNI, dan lain-lain.
Pada umumnya masyarakat desa Mukapayung sama dengan masyarakat Sunda lainnya, mereka masih menjunjung tinggi adat dan kepercayaan yang turun-temurun. Meskipun adat bukan sesuatu yang harus ditaati lagi, tetapi mereka masih terlihat menghormati adat yang ada, khususnya dalam kehidupan gotong royong, tolong menolong dan tutur kata yang sopan dan santun.
Pak Hafidz seorang sekretaris desa yang kami berhasil wawancara pada (22/04/2017) di Balai Desa Mukapayung menjelaskan, “Warga desa tidak mengerti aturan libur dalam sehari-harinya khususnya dalam hal meminta pelayanan publik kepada kantor desa dan atau pemerintahan sebagai pemangku utama dalam mengurusi masyarakat desa. Makanya setiap hari petugas desa bekerja selama 24 jam non-stop sari hari senin sampai hari jum’at. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan dan keinginan warga desa dalam memperoleh pelayanan publik berbeda-beda, mereka datang seenaknya saja dengan alasan bahwa baru ada waktu di jam sekian dan baru bisa datang ke kantor desanya jam sekian. Tidak heran juga apabila warga yang butuh pelayanan datang ke rumah kades atau sekdes di malam hari, itikad positif juga ditujukan oleh para petugas/birokrasi desa dimana mereka melayanai dengan sepenuh hati dan ikhlas, inilah sikap toleransi dari masyarakat desa Mukapayung”. Ungkap beliau.
Ia juga menambahkan bahwa “Karakteristik umum lainnya adalah masyarakat desa Mukapayung terlihat terbuka dan tidak menolak perubahan yang datang, meskipun kadang-kadang banyak perubahan yang berdampak negatif bagi para pemudanya, namun itu dirasa sangat lumrah dan universal terjadi dimanapun. Hal tersebut terbukti dengan berbagai perubahan yang semakin cepat terjadi, baik dalam gaya hidup masyarakat, teknologi yang masuk, arus informasi, pekerjaan yang heterogen, dan bentuk bangunan fisik perumahan yang mewah dan fasilitas yang tersedia sangat baik”.
Selain karakteristik dari masyarakatnya, desa Mukapayung juga mendapatkan semboyan sebagai Desa Wisata. Hal tersebut beralasan memang bahwa banyak sekali lokasi wisata yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan khususnya wisata alami dan wisata kuliner. Wisata-wisata yang ditawarkan sangat menarik memang, biasanya wisata-wisata ini menjadi destinasi babgi para wisatawan dekat maupun jauh untuk menghabiskan waktunya berlibur di desa ini. Sebut saja, Wisata Kuliner Ciminyak yang sangat popular, yang menyajikan makanan-makanan yang sangat lezat yang cocok untuk disantap bersama keluarga, dengan harga yang terjangkau, serta Wahana Wisata Curugan Gunung Puteri yang menyajikan konsep wisata alami dengan berbagai kelengkapan yang disediakan seperti, tempat berkemah, kolam renang, kuliner, area hiburan, water boom, dan lain sebagainya. Wisata ini juga sangat sering dikunjungi para wisatawan dari berbagai daerah. Tarif yang diberikan pun sangat terjangkau sekali.
4. Mobilitas Sosial Masyarakat Desa Mukapayung
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Dalam hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya perubahan sosial dan adanya pembagian kelas-kelas sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat itu senidiri.
Mobilitas sosial masyarakat desa Mukapayung sangat tinggi sekali, hal ini banyak di pengaruhi oleh hal tersebut sangat beralasan sekali karena berbagai faktor yang ada dalam desa Mukapayung itu sendiri. Faktor yang sangat penting adalah sikap masyarakat yang terbuka dalam menerima kebudayaan yang masuk dari luar menjadi dorongan utama terjadinya mobilitas sosial masyarakat desa Mukapayung. Kemudian, didukung oleh faktor penunjang seperti jalan utama dan jalan khusus penghubung tiap Dusun dan RW cukup baik dan memadai untuk dialui oleh roda dua maupun roda empat. Fasilitas jalan yang tersedia sangat merata di berbagai wilayah bagian desa Mukapayung tersebut, bahkan daerah perbatasan seperti Dusun Lembang yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung tepatnya daerah Soreang pun sudah di aspal dan cukup baik untuk dilalui meskipun memang menanjak dan curam.
Selain itu mobilitas masyarakat juga didukung oleh dekatnya ke kecamatan utama yaitu Cililin, jarak dari desa ke Kecamatan kurang lebih 5 kilometer, cukup dekat memang apalagi di dukung dengan jalan raya yang bagus dan transportasi massal yang banyak pula. Transportasi seperti Angkot, Madona, dan Elp menjadi pilihan utama masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi ketika bepergian ke pusat kecamatan.
Akses jalan yang bagus juga menunjang bagi wisatawan yang datang untuk berwisata ke desa Mukapayung, dan hasilnya sangat signifikan sekali, akses yang baik mampu membantu bertambahnya jumlah wisatawan yang masuk ke desa Mukapayung. Wahana wisata pun ramai dan sangat menguntungkan hasilnya bagi masyarakat desa.
Dengan demikian, perubahan yang terjadi pun sangat signifikan yaitu khususnya mobilitas sosial vertikal, antargenerasi, intergenerasi, dan geografis. Mobilitas sosial ini terjadi secara bertahap yang menimpa berbagai golongan masyarakat desa Mukapayung.
Mobilitas sosial vertikal umumnya terlihat pada banyaknya perpindahan profesi masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial tinggi, misalnya dari seorang petani akhirnya menjadi seorang pengusaha home industri yang berhasil, atau dari seorang petani biasa dan pengangguran menjadi seorang bisnis man wisata kuliner yang sangat menjanjikan. Mobilitas sosial antargenerasi terjadi dalam masyarakat desa dengan pendidikan sebagai syarat utamanya, banyak masyarakat yang berprofesi petani biasa namun anaknya bisa sukses menjadi pengusaha atau pun pengajar. Mobilitas sosial intergenerasi juga terjadi dalam masyarakat desa, ini terlihat dari perbedaan profesi dalam satu keluarga, anak yang menjadi buruh tani biasa, ada yang menjadi montir bengkel, pengajar, dan atau bahkan pengusaha.
Risiko dengan terbukanya sikap dan perilaku masyarakat dalam suatu wilayah berdampak pada tingginya kualitas mobilitas sosial di masyarakat desa, hal tersebut tidak heran memang karena faktor eksternal (misalnya, wisatawan yang datang) pasti membawa pengaruh budaya luar yang lama-kelamaan akan diikuti dan di terima oleh masyarakat sebagai budaya baru dalam kehidupan mereka. Hal tersebut berdampak positif dan negatif tentunya, semakin tinggi mobilitas masyarakat semakin baik pula kualitas dan tingkat kesejahteraan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya adalah budaya yang maskuk tanpa di filter terlebih dahulu akan sangat berbahaya dan bisa menimbulkan adanya kemrosotan moral dan akhlak pada masyarakat, khususnya generasi muda.
5. Keunggulan Desa Wisata Mukapayung
Sesuai dengan namanya yaitu ‘Desa Wisata’, desa ini memperkenalkan wisata sebagai tumpuan utama dalam merubah dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Lokasi geografis yang sangat strategis untuk pemanfaatan wisata menjadi modal berharga bagi pemerintahan desa untuk mengelolanya dengan baik. Berikut beberapa keunggulan desa Mukapayung yang akan peneliti bahas:
1. Lokasi Geografis Menyuguhkan Wisata Unik
Tentunya wisata menjadi komoditas utama unggulnya desa Mukapayung diantara desa-desa yang lainnya yang bernaung di kecamatan Cililin. Dua lokasi wisata yang terkenal menjadi suguhan utama dan wajib dikunjungi wisatawan apabila berkunjung ke desa ini.
a. Rumah Makan Ciminyak sebagai Destinasi Wisata Kuliner
Siapa sih yang gak suka makan ikan nila bakar yang sungguh sangat lezat? Ya, di rumah makan Ciminyak yang berlokasi di Jalan Raya Rancapanggung atau lebih tepatnya di pinggir jembatan Ciminyak ini berjajar rumah makan yang sering dikunjungi masyarakat. Menu kutama yang biasanya disajikan adalah ikan bakar, nasi liwet, ayam goring, dan sambal kecap. Menu ini menjadi favorit para pengunjung yang datang, para pengunjung biasanya membludak di hari weekend dan libur, biasanya yang datang bukan hanya dari daerah Bandung Raya saja melainkan pernah ada yang datang dari Jakarta dan Bekasi juga.
Apabila Anda makan di rumah makan ini juga bisa sekaligus melihat pemandangan hamparan luasnya genangan waduk PLTA Saguling, atau bahkan bisa memilih tempat makannya di saung terapung yang sudah disediakan oleh pengelola rumah makan. Biasanya momen makan di rumah makan ini dijadikan momen yang menyenangkan bersama para keluarga atau kegiatan-kegiatan pertemuan penting juga seperti rapat, meeting, dan lain sebagainya. Anda juga bisa berfoto selfie ria dengan memanfaatkan background genangan air yang sangat indah nan hamparan luas.
b. Wahana Wisata Curugan Gunung Puteri
Wahana wisata ini terletak di Kampung Curugan, RT 05/03, Desa Mukapayung. Selain rumah makan Ciminyak, wahana wisata ini juga sudah cukup terkenal di kalangan wisatawan daerah Bandung dan sekitarnya. Nuansa wisata alami dipadukan dengan wisata modern sangat khas di wahana wisata ini. Selain itu, wahana wisata ini juga memberikan pesona pemandangan yang luar biasa yang mengapit wahana wisata ini.
Sesuai dengan namanya “Curugan Gunung Puteri”, wahana wisata ini diambil dari daerah yang tidak jauh dari adanya pegunungan yang membentang di atasnya, yaitu Pegunungan/Gunung Puteri yang menjadi sejarah cerita mitos utama warga desa Manglayang. Di wahana wisata ini terdapat suatu air terjun kecil atau dalam bahasa Sunda disebut ‘curugan’ yang mengalir dari sungai yang mengalir dari Gunung Puteri. Curugan ini yang apada mulanya menjadi destinasi wisata untuk mandi dan berenang karena airnya yang tenang dan arusnya tidak terlalu deras, namun sekarang selain curugan para wisatawan juga memilih destinasi lain yang ditawarkan oleh pengelola wahana wisata ini.
Wahana seperti kolam renang, waterboom untuk anak dan keluarga, tempat berkemah, tempat pertemuan, tempat pesta, restoran makanan khas Sunda, tempat karoeke, masjid, dan tempat peristirahatan menjadi destinasi yang ditawarkan oleh wahana wisata ini. Selain itu, wahana wisata ini juga dipatok dengan harga yang murah dan terjangkau sesuai wahana yang dipilih untuk bermain dan bersantai.
c. Wisata Pendakian
Selain wisata kuliner dan wisata curugan gunung Puteri, desa ini juga menawarkan wisata pendakian yang sangat menantang. Puncak pegunungan Puteri dan puncak gunung lainha yang ada di daerah Mukapayung dan Rancapanggung. Spot yang indah ditambah dengan pemandangan yang indah menjadi suguhan yang tidak pernah terlupakan.
d. Wisata Bersepeda/Ofroad
Pemandangan yang indah di setiap sisi pegunungan dan jalan desa sangat menarik untuk di lalui menggunakan sepeda. Hal ini, hyang dilakukan banyak wisatawan dengan mengelilingi desa dengan bersepeda bersama-sama. Selain menyehatkan, juga mendapatkan kesan yang luar biasa dengan pemandangan-pemandangan alam yang indah dan menarik untuk dikunjungi.
e. Wisata Sungai Cibitung yang Indah
Di desa Mukapayung terdapat sungai yang sangat bagus, airnya jernih, batu-batunya unik, dan pemandangannya luar biasa menarik. Namanya sungai Cibitung yang mengalir dari pegunungan gunung Puteri yang menjulang tinggi, sungai ini sangat besar sekali dan lebar kurang lebih sampai 10 meter lebarnya. Arusnya cukup deras, sehingga bagi para pengunjung dituntut untuk berhati-hati ketika turun ke aliran sungai Cibitung tersebut. Namun, tetap mampu menyajikan pemandangan dan sensasi yang indah ketika turun di aliran sungai tersebut, apalagi cocok untuk mencuci muka, dan mandi. Sungai tersebut juga berfungsi sebagai irigasi utama bagi para petani di sawah dan di kebunnya.
f. Wisata Panjat Tebing/Climbing
Bebatuan yang indah dan menjulang tinggi menjadi spot yang tidak boleh dilupakan, batuan-batuan granit yang tersusun rapi nan indah menjadi pemandangan yang tidka bisa dilewatkan, semakin dekat kita melihatnya semakin dekat pula batuan-batuan tersebut sehingga kita bisa melihatnya dengan jelas sekali anugrah Tuhan dalam menciptakan alam semesta ini. Hal ini yang membuat para wisatawan yang mempunyai adrenaline tinggi untuk bisa menaklukan batuan-batuan tinggi menjulang tersebut dengan memanjatnya ataua sering disebut climbing, para penantang adrenaline tersebut sangat tertantang sekali untuk menaklukan bebatuan alami tersebut karena akan mampu mendapatkan pemandangan yang sangat indah sekali, sehingga menjadi suatu kebanggaan para pecinta olahraga ini.
2. Fasilitas Sarana dan Prasarana
Salah satu faktor pendorong pesatnya kehidupan masyarakat yang ada di desa ini adalah sarana dan prasarana yang baik, jalan yang bagus menjadi contohnya, ditambah dengan fasilitas irigasi pertanian yang baik, kantor pemerintahan yang bagus, dan penataan desa yang baik. sarana prasarana ini ditujukkan bagi warga masyarakat desa Mukapayung dalam memajukkan kehidupannya dan memajukkan desa Mukapaung itu sendiri.
3. Letak yang Dekat dengan Pusat Kecamatan Cililin
Satu hal juga yang tidak perlu dilupakan adalah letak secara geografis yang tidak terlalu jauh ke pusat kecamatan Ciilin, jaraknya yang hanya sekitar kurang lebih 5 km dari desa Mukapayung ke kecamatan Cililin menjadi keuntungan bagi masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Dalam segi ekonomi, masyarakat lebih mudah untuk menjangkau pasar dan market untuk masyarakat yang lebih luas lagi konteksnya. Jarak ini pun yang banyak mengundang masyarakat kota untuk bermukim di desa ini karena dianggap amsih asri dan jaraknya yang tidak terlalu jauh. Dalam bidang pendidikan, anak-anak dan para remaja juga mudah mengakses pendidikan yang baik di pusat kecamatan, sebut saja SMA Negeri 1 Cililin yang menjadi favorit para siswa untuk menimba ilmu disana karena terkenal dengan kualitasnya yang bagus di lingkup Kabupaten Bandung Barat. Begitupun dalam bidang-bidang lainnya yang snagat terasa sekali keuntungannya.
4. Sumber Daya Alam yang Berlimpah
Terakhir adalah tersedianya sumber daya yang melimpah yang ada di desa ini, sumber daya seperti tanaman alam, pertanian, batu-batuan sebagai bahan bangunan, dan bahkan pertambangan pasir juga tersedia di desa ini, hal tersebut memudahgkan warga dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Satu hal yang tidak dilupakan adalah sumber daya pertanian yang mampu memasok kebutuhan makan seluruh warga desa Mukapayung, ditambah dengan hasil palawija yang banyak dan bisa dijual ke pusat kecamatan atau daerah sekitarnya.
5. Merupakan salah satu desa pelestari Kesenian Sunda
Desa Mukapayung juga termasuk desa yang masih menjaga kebudayaan, khususnya kesenian khas Sunda yaitu Pencak Silat, Kecapi, dan Lengser. Hal tersebut patut diacungi jempol karena secara historis dan perkembangan banyak desa yang tidak memelihara kesenian Sunda tersebut.
Hal tersebiut diungkapkan langsung oleh Sekretaris Desa, Bapak Hafidz pada Sabtu (22/04/2017) di Balai Desa. “Kebudayaan khususnya kesenia Sunda masih sangat terjaga dengan baik, mereka masih melestarikannya dan suka mempertontonkannya pada acara-acara besar seperti hajatan dan syukuran tahunan, kemaren saja waktu peresmian kantor desa yang baru kesenian-kesenian itu di pertontonkan pada warga semua, bahkan sampai 2 hari 2 malam waktu itu”, tandasnya. Namun ia menyayangkan, lokasi yang jauh atau tepatnya di daerah perbatasan desa yaitu di dusun Lembang menjadi kendala bagi para wisatawan yang ingin berkunjung kesana, ditambah lagi trek yang sangat curam dan membahayakan.
6. Pengrajin Perlengkapan Polisi terbaik di Cililin dan di Kabupaten Bandung Barat
Siapa sangka bahwa desa Mukapayung terkenal dengan pengrajin perlengkapan polisi terkenal di KBB. Hal itu benar adanya bahwa desa Mupayung sebagai penghasil perlengkapan polisi yang sudah banyak di pasarkan ke pulau ke seluruh Nusantara. Hal itu dikatakan Bapak Hafidz Sekretaris desa dan diu perkuat oleh Bapak jenal sebagai pemilik home industry perlengkapan polisi tersebut pada Sabtu (22/04/2017). “Desa kami ini adalah desa pengrajin perlengkapan polisi di daerah Cililin, dan KBB”. Ujar Pak Hafidz.
Keterangan lainnya juga kami peroleh dari Bapak Jenal sebagai pemiliki home industri konveksi perlengkapan polisi Sinar Mandiri, dia mengatakan bahwa “Konveksi ini berdiri atas inisiatif kakak saya yang kerja di Tanjung Priok, Jakarta. Setelah di bangun dan sempat beberapa kali gagal, akhirnya konveksi ini bisa maju dan Alhamdulillah sudah mencapai pasar nasional, dan di kirim ke berbagai daerah di pulau Jawa”. Tandasnya.
6. Perubahan Sosial Masyarakat Desa Mukapayung
Perubahan sosial masyarakat desa Mukapayung sangat cepat sekali dirasakan, hal tersebut sangat jelas sekali terlihat dari berbagai faktor yang ada, sebut saja dalam faktor ekonomi yang terlihat sudah banyak yang mapan. Selain itu, keterampilan masyarakat pun bervariasi sekali terlihat dari lumayan banyaknya home industri yang ada misalnya home industri pakaian dan alat perlengkapan Polisi/TNI.
Faktor perubahan sosial masyarakat desa tersebut tidak bisa dilepaskan dari dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal terlihat dari semakin banyaknya masyarakat yang mandiri dan kreatif dalam memanfaatkan skil yang ada seperti pembukaan home industri dan pembukaan toko atau grosir dagang, serta fasilitas akses yang sangat baik yang mampu ditempuh dengan akses transportasi roda dua maupun empat. Sebetulnya faktor yang sangat dirasakan oleh masyarakat dalam hal perubahan sosialnya adalah faktor eksternal yaitu dengan banyaknya tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan yang membawa pengaruh kepada warga pribumi. Wisata kuliner Rumah Makan Ciminyak yang sudah sangat terkenal salah satu contohnya, banyak warga masyarakat yang memutuskan untuk banting stir dari seorang petani menjadi seorang penjual makanan dan hasilnya memuaskan. Selain itu, Wahana Wisata Curugan Gunung Puteri juga menjadi lokasi wisata yang sangat terkenal dan banyak dikunjungi masyarakat baik dari daerah peribumi/ sekitar atau dari luar daerah sekalipun. Masyarakat pun berlomba-lomba memanfaatkan momen tersebut dengan membuka usaha baru, untuk menunjang kebutuhan para wisatawan yang datang. Hal tersebut terlihat dari tidak pernah sepinya dua lokasi wisata tersebut.
Hal tersebut jelas membawa pengaruh yang luar biasa bagi proses perubahan sosial di masyarakat. Masyarakat pun memaklumi perubahan yang terjadi tersebut karena hal tersebut dianggap wajar dan membawa perubahan yang baik. Perubahan yang terjadi membawa perubahan bagi taraf hidup masyarakat, industri pun berkembang dengan baik yang mampu membawa pada kesejahteraan masyarakat. Namun, dorongan akan terjadinya perubahan tersebut juga membawa dampak negatif bagi masyarakat Mukapayung, ini terlihat dari remaja dan para pemuda yang mulai melupakan adat istiadat dan sopan santun yang diwarisi leluhurnya. Dampak lain seperti maraknya kegiatan minum-minuman keras juga banyak terjadi karena akibat adanya kebudayaan yang masuk ke desa tersebut.
Peneliti juga mendapatkan banyak remaja-remaja usia sekolah dan para pemuda yang sedang berkumpul di sekitar pohon-pohon bukit tidak jauh dari wahana Wisata Curugan Gunung Puteri yang sedang bercanda ria dengan membawa perempuan atau teman sebayanya dengan mereka, dugaan peneliti bahwa sering terjadi kemrosotan moral entah itu miras oplosan atau pun perbuatan asusila dengan memanfaatkan lokasi hutan lindung yang tidak terlihat oleh keramaian yang dekat dengan wahana wisata tersebut. Dan setelah peneliti meyakinkan dengan mewawancarai warga sekitar, ternyata dugaan tersebut benar adanya bahwa katanya sering terjadi perbuatan asusila dan pesta miras oplosan di sekitar hutan lindung dekat dengan wahana Wisata Curugan Gunung Puteri tersebut. Lebih lanjut, petugas desa dan para warga sering melakukan razia yang kedapatan sedang melakukan asusila dan miras oplosan di hutan, bahkan banyak pelakunya adalah para pelajar yang masih duduk di bangku sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perubahan sosial yang sangat besar di Desa Mukapayung ini yang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Khususnya faktor eksternal yaitu dengan banyaknya wisatawan yang masuk ke Wahana Wisata yang ada dan memberikan pengaruh baik positif maupun negatif. Dampak positifnya adalah memberikan perubahan yang baik dalamm hal ekonomi, banyak masyarakat yang bekerja di bidang pengelolaan wisata dengan memanfaatkan tempat wisata yang ada, banyak pula masyarakat yang membuka home industri yang hasilnya sudah sangat menjanjikan. Namun, dampak negatifnya juga banyak terjadi, terlihat dengan semakin sempitnya area pertanian yang berubah menjadi perumahan penduduk, serta banyaknya kemrosotan moral dalam remaja dan pemuda masyarakat seperti perbuatan asusila dan pesta miras oplosan.
Peneliti juga berargumen bahwa kedepannya desa Mukapayung akan berkembang dengan sangat cepat, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah diperkirakan akan dibangun minimarket-minimaket penunjang kebutuhan masyarakat desa dan kebutuhan lainnya.
7. Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Mukapayung
Terjadinya perubahan yang berangsur-angsur sekali lagi berdampak pada terjadinya stratifikasi masyarakat desa Mukapayung. Stratifikasi tersebut terlihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian petani dan pedagang serta pemilik home industri. Para petani hanya bisa memproduksi hasil taninya bagi dirinya sendiri saja, kadangkala dijual apabila stok untuk makan sampai panen selanjutnya terpenuhi. Berbeda dengan para pedagang besar dan pemilik home industri yang sudah mampu menjalankan industrialisasi dengan baik, mereka cenderung melimpah dan mempunyai rumah mewah serta mobil pribadi.
Stratifikasi sosial ini sebetulnya adalah adanya perbedaan skil anggota masyarakat, modal skil yang rendah misalnya hanya mampu bertani saja menjadi alasan mereka sulit berkembang. Berbeda dengan para pengusaha yang memiliki multiskil yang mampu mengembangkan usahanya terus menerus ditambah dengan modal yang besar. Selain itu, kualitas lulusan pendidikan yang berbeda juga berdampak pada pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat. Para pengusaha-pengusaha dan para pengembang industri umumnya adalah lulusan perguruan tinggi yang ditempuhnya di kota, berbeda dengan para petani yang hanya lulus dari SD atau SMP saja.
Faktor lain semakin terlihatnya stratifikasi adalah bangunan fisik sebagai tempat tinggal, para pengusaha dan pedagang besar biasanya mempunyai rumah di pinggir-pinggir jalan utama desa dengan bangunan permanen yang bagus dan berlantai, berbeda dengan para petani kecil dan burih biasa yang mempunyai rumah sederhana terbuat dari kayu dan bilik yang lokasinya juga berdekatan dengan persawahan dan kebun palawija. Namun, tidak dipungkiri pula bahwa ada konglomerat-konglomerat petani yang mempunyai rumah mewah di pinggir-pinggir sawahnya.
Stratifikasi ini lumrah memang adanya khususnya di daerah-daerah terbuka dalam menerima perubahan yang ada, selalu ada kelas yang di bawah dan kelas yang diatas dalam kehidupan mobilitas masyarakayt yang berkembang tersebut. Memang akan sangat berdampak pada degradasi sosial apabila hal tersebut dibiarkan, masyarakat yang kaya akan semakin kaya dan masyarakat yang miskin akan semakin miskin, hal yang di khawatirkan adalah lahan pertanian yang semakin langka dan penuh dengan permukiman penduduk ataupun pabrik-pabrik industrialisasi. Hal tersebut bisa menghilangkan pekerjaan mayoritas penduduk desa Mukapayung yaitu bertani.
C. PENUTUP
Desa Mukapayung adalah sebuah desa wisata yanga ada di kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Desa ini merupakan desa yang mempunyai syarat akan sejarah yang sangat dipercaya di masyarakat yang diambil sesuai dengan cerita mitologi di masyarakatnya. Desa ini adalah ahsil pemekaran dari desa Rancapanggung, dan umurnya masih tergolong muda. Namun, dari segi kesejahteraan dan mayoritas penduduk, desa ini sudah sangat berkembang dan mandiri dalam segi ekonomi maupun bidang lainnya.
Wisata menjadi ciri khas dari desa ini, terdapat dua tempat wisata yang sudah banyak di kenal masyarakat luas, yaitu wisata kuliner Rumah makan Ciminyak dan Wahana Wisata Curugan Gunung Puteri. Dua wahana wisata ini sudah banyak dikunjungi oleh warga masyarakat. Selain dua lokasi wisata ini terdapat wisata lain yang menjanjikan dan dijamin keindahannya, diantaranya wisata pegunungan, persawahan, pendakian, sungai, climbing, dan lain sebagainya.
Karakteristik masyarakat desa Mukapayung sendiri umumnya sama dengan desa lainnya yaitu terbuka terhadap berbagai budaya yang baru, meskipun pada awalnya mengalami cultural schock terhadap budaya yang masuk, namun akhirnya masyarakat dapat menyesuaikannya sehingga kehidupan berjalan seperti biasanya. Masyarakat dapat memetik buah hasil dari adanya pembangunan dan destinasi wisata yang ada.
Perubahan sosial masyarakat terjadi pada warga desa Mukapayung, perubahan terjadi secara bertahap dan diiringi dengan ciri-ciri yang baru yang sebelumnya tidak ada, perubahan umumnya menakankan pada berbagai aspek, khususnya ekonomi dan sosial. Masyarakat terlihat aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi karena di dorong oleh faktor internal dan faktor eksternal khususnya. Perubahan tersebut alhasil banyak menghasilkan dampak yang positif dan dampak negatif pula bagi masyarakat. Perubahan sosial tersebut menyebabkan adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat, mereka yang mempunyai banyak skil keahlian tidak hanya berprofesi sebagai petani saja tetapi berwirausaha, berdagang, dan lain-lain. Stratifikasi ini terlihat dari bukti fisik berupa bangunan rumah dan pekerjaan yang digeluti.
0 komentar