Materi Akhlak!

by - 20.10

PENGERTIAN AKHLAK, ETIKA, MORAL, MANFAAT, DAN PEMBAGIANNYA
~Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari Khuluqu/khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, sopan santun, tabiat, adab, dan perbuatan.
Akhlaka adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwanya sehingga menjadi kepribadiannya. Akhlak yang baik tentunya dilakukan dengan hati yang ikhlas semata-mata karena Allah Swt bukan untuk memperoleh pujian dari seseorang.
~Landasan Akhlak
Landasan Aklak ada dalam Al-Quran diantaranya dalam Surat Al-Alaq: 1-5 dan dalam Surah Al-Kalaam: 4 (Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar budi pekerti yang luhur)/ Wainnaka la'alaa huluqin adziim..
~Kedudukan Akhlak

  • 1. Akhlak adalah tujuan utama diangkatnya Nabi Muhammad  menjadi nabi yang diutus kepada manusia;
  • 2. Akhlak merupakan bagian tak terpisahkan dari iman dan akidah;
  • 3. Akhlak berkaitan dengan semua bentuk ibadah;
  • 4.Banyak keutamaan dan pahala besar yang diberikan Allah kepada orang yang berakhlak mulia;

~Manffat Mempelajari Ilmu Akhlak

  • 1. Ilmu akhlak akan meningkatkan derajat kehidupan manusia;
  • 2. Ilmu Akhlak menuntun kepada kebaikan;
  • 3. Tujuan mempelajarai ilmu akhlak akan menyempurnakan iman;
  • 4. Memperoleh keutamaan di hari kemudian;
  • 5. Memenuhi hajat pokok keluarga;
  • 6. Membina kerukunan hidup bertetangga;
  • 7. Membina Remaja;
  • 8. Membina pergaulan umum;
  • 9. Mensukseskan pembangunan negara;
  • 10. Menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara.
  • ~Pembagian Akhlak

1. Akhlak Mahmudah
Yakni akhlak terpuji atau akhlak yang baik. Contohnya: pemaaf, sabar, ikhlas, menepati janji, qonaah, jujur, penyayang, pemurah, baik hati, husnudzon dan lain sebagainya. Dimana akhlak mahmudah ini semuanya membawa kebaikan dan tidak merugikan orang lain.
2. Akhlak Madzmumah
Yakni akhlak tercela atau perbuatan yang buruk. Contohnya:
Riya’: Beramal atau melakukan suatu perbuatan baik dengan niat untuk dilihat orang atau mendapat pujian orang, dengan kata lain riya’ sama artinya dengan pamer.
Sum’ah:  Melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar didengar oleh orang lain dengan maksud agar namanya dikenal.
Ujub: Mengagumi diri sendiri.

HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYA
1. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf yaitu ketika mempelajari Tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadits mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan Hadits menekankan kejujuran, persaudaraan, keadilan, tolong menolong, murah hati, pemaaaf, sabar, baik sangka, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berfikiran lurus, nila-nilai ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan  dimasukkan kedalam dirinya sejak kecil.
2. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu tauhid
Dalam ilmu tauhid ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sedangkan ahlak yang baik menurut pandangan Islam haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak sekedar cukup disimpan dalam hati. Melainkan harus dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal shaleh, barulah dikatakan iman itu sempurna, karena telah dapat direalisir.
3. Hubungan Ilmu AKhlak dengan Ilmu Jiwa (Psikologi)
Berbicara dalam hal relevansi dan hubungan ilmu akhlak dengan ilmu psikologi sebenarnya merupakan bahasan yang sangat strategis. Karena antara akhlak dengan ilmu psikologi memiliki hubungan yang sangat kuat dimana, objek sasaran penyidikan psikologi adalah terletak pada domain perasaan, khayal, paham, kamauan, ingatan, cinta dan kenikmatan.[10] Sedangkan akhlak sangat menghajatkan apa yang dibicarakan oleh ilmu jiwa, bahkan ilmu jiwa adalah pendahuluan tertentu bagi akhlak.
4. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Sosiologi
Mempersoalkan hubungan antara ahlak dengan ilmu sosiologi agaknya sangat signifikan karena ilmu ahlak membahas tentang berbagai perilaku manusia yang ditimbulkan oleh kehendak, yang tidak dapat terlepas dari kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian ilmu sosiologi.[18] Demikianlah karena manusia tidak dapat hidup kecuali bermasyarakat dan ia tetap menjadi anggota masyarakat. Bukan menjadi kekuasaan kita untuk mengetahui keutamaan seseorang dengan tidak mengetahui masyarakatnya, masyarakat mana yang dapat membantu keutamaan atau merintanginya.
5. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan
Antara ahlak dengan ilmu pendidikan mempunyai hubungan yang sangat mendasar dalam hal teoritik dan pada tatanan praktisnya. sebab, dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, ahlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya.  Apabila siswa diberi pelajaran “Ahlak”, pendidikan mengajarkan bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan).

SEJARAH AKHLAK
Akhlak dalam arti bahasa, sebenarnya sudah dikenal manusia di atas permukaan bumi ini yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang dihormati, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam keadaan terputusnya wahyu (zaman fatrah) maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan alat penimbangan norma pergaulan kehidupan manusia, terlepas dari segi apakah itu baik atau buruk menurut setelah datang wahyu.
1. Akhlak pada masa Yunani
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani daam membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia atau pemikiran tentang manusia dan bersifat filosofis yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia atau bersifat antroposentris dan mengesankan bahwa akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan ada bersamaan dengan adanya manusia, dan hasil yang didapatkan berdasar pada logika murni.
Filosof Yunani yang pertama kali mengemukakan pemikiran di bidang akhlak adalah Socrates (469-399 SM). Kemudian diikuti oleh pengikutnya adlaah Cynics dan Cyrenics. Kedua golongan tersebut sama-sama berbicara tentang perbuatan yang baik, utama dan mulia.
Pada masa berikutnya datang Plato (427-347 SM). Plato berpendapat bahwa di dalam jiwa manusia terdapat kekuatan yang bermacam-maam, dan perbuatan yang utama timbul dari kemampuan membuat peimbangan dalam mendayagunakan potensi kejiwaan itu kepada hukum akal
Setelah Plato hadir Aristoteles (394-322 SM). Aristoteles berpendapat bahwa tujuan akhir yang dikehendaki oleh manusia dari apa yang dilakukannya adalah bahagia atau kebahagiaan. Jalan untuk mencapai kebahagiaan itu adalah dengan mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya.
Filosof Yunani berikutnya yang terlahir adalah Stoics dan Epicurus (6-140 SM). Keseluruhan ajaran yang dikemukakan oleh mereka adalah bersifat rasionalistik. Penentuan baik dan buruk itu didasarkan pada pendapat akal pikiran yang ada pada diri manusia. Karenanya dapat dikatakan bahwa pemikiran filsafat yang dianut oleh para filosof Yunani ini adalah bersifat antropocentris (memusat pada manusia).

2. Akhlak pada agama Nasrani
Menurut ajaran Nasrani, bahwa agama tersebut adalah bersumber dari akhlak. Tuhanlah yang menentukan dan membentuk patokan-patokan akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Tuhanlah yang menjelaskan baik dan buruk. Menurut agama ini yang disebut baik adalah perbuatan yang disukai Tuhan, dan sebaliknya yang disebut buruk adalah perbuatan yang tidak disukainya.

3. Akhlak pada bangsa Romawi
Ajaran akhlak yang lahir pada saat ini (abad pertengahan) adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani. Di antara mereka yang terkenal adalah Abelard, Perancis (1079-1142) dan Thomas Aquinas, Italy (1226-1274).

4. Akhlak pada agama islam
Akhlak adalah bagian dari syari’at Islam. Bagian dari perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya. Akhlak harus ada serta nampak pada diri setiap muslim, agar sempurna seluruh amal perbuatannya dengan Islam, dan sempurna pula dalam melaksanakan perintah-perintah Allah.
Agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua ini terkandung dalam ajaran al-Qur’an yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang didatangkan dari Nabi muhammad SAW.
Islam memiliki tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh dalam perkembangan Ilmu Akhlak. Tokoh-tokoh ini tidak lain adalah Nabi-nabi yang tercatat dan diabadikan dalam kitab suci al-Qur’an.

BAIK DAN BURUK
1. Pengertian Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr (dalam bahasa Arab) yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam bahasa Inggris) good = that which is morally right or acceptable sedangkan kebalikan Kata baik adalah buruk, kata buruk sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad dalam bahasa Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya1.Bila dihubungkan dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq yang baik) menurut Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam manusia tersebut . Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku manusia dianggap baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh pelaku.
Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi, sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang dihasilkan, sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan terwujudnya perilaku. Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung berani melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut, barangkali dapat dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki tujuan baik dan selaras dengan alam manusia.
2. Ukuran Baik dan Buruk
Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain:

  • 1. Nurani;
  • 2. Rasio;
  • 3. Adat ;
  • 4. Pandangan Individu;
  • 5. Norma agama.
  • 3. Aliran-aliran Baik dan Buruk
  • 1. Aliran Hedoisme;
  • 2. Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme);
  • 3. Intuition ( Humanisme );
  • 4. Religionisme;
  • 5. Vitalisme;

3. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al Qur’an yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al Qur’an dan Al Hadits. Jika tidak memperhatikan Al Qur’an dan Al Hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu pada yang baik dan adapula yang mengacu pada yang buruk. Misal Al hasanah dikemukakan oleh Al – Eqghib al Asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Lawan dari al hasanah adalah al sayyiah. Yang termasuk al hasanah missal keuntungan kelapangan rezeki dan kemenangan. Misalnya kita jumpai pada ayat yang artinya: Ajaran manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Adapun kata Al birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas/memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Jika kata tersebut digunakan untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud adalah ketaatannya.

You May Also Like

0 komentar